| Tohary Magazine official website | Members area : Register | Sign in
My Facebook ti-zine.blogspot.com

Archives

Welcome

Assalamu'alaikum, Salam hangat bagi kawan-kawan semua terima kasih udah mampir diblog saya!
Terim Kasih atas kunjungan Anda, maaf web ini sedang dalam perbaikan, salam, Tohary

Download Soal UTS Sistem Politik Indonesia

Senin, 24 Oktober 2011



Download Soal UTS Sistem Politik Indonesia
Silakan tinggal klik disini!

Selamat mengerjakan yah, Deadline sampai 06 November, di print!
#Salam Kosma

Psikologi Humanistik

Kamis, 20 Oktober 2011



Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.

Latar Belakang

Psikologi Humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada abad ke 19, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme seta dipandang sebagai ” kekuatan ketiga ” dalam aliran psikologi. Psikoanalisis ” Sigmun Freud ” : berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Psikoanalisis berkeyakinan bahwa prilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar dalam diri.
Behaviorisme ” Ivan Pavlov ” : meyakini bahwa semua prilaku dikendalikan oleh faktor eksternal dari lingkungan. Humanistik ” Abraham Maslow ” : memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang potensi yang dimiliki manusia, hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang.

Tokoh Humanistik, salah satunya adalah Maslow
Teori ini didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua hal, yaitu;
1. suatu usaha yang positif untuk berkembang
2. kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu

Menurut Maslow, setiap orang memiliki rasa takut, seperti takut untuk berusaha atau berkembang, takut mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah dimiliki, dsb. tetapi hal itu mendorongnya untuk bisa maju ke arah kesempurnaan, kepercayaan diri dan pada saat itu juga dia dapat menerima diri sendiri.

Mengenahi kebutuhan manusia, Maslow membaginya menjadi bermacam-macam hierarki.
1.      Kebutuhan Fisiologis
Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan, seks.

2.      Kebutuhan akan Rasa Aman
Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi, dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya.

3.      Kebutuhan akan Rasa Kasih Sayang
Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan, dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.


4.      Kebutuhan akan Harga Diri
Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.

5.      Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri.

 Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psokologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalisis (Misiak dan Sexton, 2005).
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu:
  1. Psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia.
  2. Psikologi humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia.
3.      Psikologi humanistik menawarkan metode yang lebih luasakan kaedah-kaeah yang lebih efektif dalam dalam pelaksanaan psikoterapi.

Oleh: Tohary

Hikmah Siang: Iblis dan Ibnu Ummi Maktum

Hikmah Siang: Iblis dan Ibnu Ummi Maktum

Rabu, 19 Oktober 2011 13:14 WIB
Oleh Syahruddin El-Fikri

Abdullah bin Ummi Maktum adalah salah seorang sahabat yang mulia. Dia menjadi salah satu sebab turunnya surah 'Abasa. Suatu hari, Abdullah bin Ummi Maktum mengikuti pengajian Rasulullah SAW. Dalam kesempatan itu, Rasul menyampaikan akan kewajiban setiap Muslim yang mendengar azan untuk segera menunaikan shalat. Karena kondisi fisiknya, yakni matanya yang buta, ia memberanikan diri bertanya kepada Rasulullah SAW.

"Wahai Rasulullah SAW, apakah saya juga diwajibkan kendati saya tidak bisa melihat?" tanya Ibnu Ummi Maktum. Rasul menjawab, "Apakah kamu mendengar seruan azan?" Ibnu Ummi Maktum menjawab, "Ya, saya mendengarnya." Rasul pun memerintahkannya agar ia tetap pergi ke masjid meskipun sambil merangkak.

Maka, dengan penuh keimanan, setiap azan berkumandang dan waktu shalat tiba, ia pun segera pergi ke masjid dan berjamaah dengan Rasulullah SAW. Suatu ketika di waktu Subuh, saat azan dikumandangkan, Ibnu Ummi Maktum pun bergegas ke masjid. Di tengah jalan, kakinya tersandung batu hingga akhirnya mengeluarkan darah. Namun, tekadnya sudah bulat untuk tetap berjamaah ke masjid.

Waktu Subuh berikutnya, ia bertemu dengan seorang pemuda. Pemuda tersebut bermaksud menolongnya dan menuntunnya ke masjid. Selama berhari-hari, sang pemuda ini selalu mengantarnya ke masjid. Ibnu Ummi Maktum pun kemudian ingin membalas kebaikannya. "Wahai saudaraku, siapakah gerangan namamu. Izinkan aku mengetahuimu agar aku bisa mendoakanmu kepada Allah," ujarnya.

"Apa untungnya bagi Anda mengetahui namaku dan aku tak mau engkau doakan," jawab sang pemuda. "Jika demikian, cukuplah sampai di sini saja engkau membantuku. Aku tak mau engkau menolongku lagi sebab engkau tak mau didoakan," tutur Ibnu Ummi Maktum kepada pemuda itu.

Maka, sang pemuda ini pun akhirnya mengenalkan diri. "Wahai Ibnu Ummi Maktum, ketahuilah sesungguhnya aku adalah iblis," ujarnya. "Lalu mengapa engkau menolongku dan selalu mengantarkanku ke masjid. Bukankah engkau semestinya mencegahku untuk ke masjid?" tanya Ibnu Ummi Maktum lagi.

Sang pemuda yang bernama iblis itu kemudian membuka rahasia atas pertolongannya selama ini. "Wahai Ibnu Ummi Maktum, masih ingatkah engkau beberapa hari yang lalu tatkala engkau hendak ke masjid dan engkau terjatuh? Aku tidak ingin hal itu terulang lagi. Sebab, karena engkau terjatuh, Allah telah mengampuni dosamu yang separuh. Aku takut kalau engkau jatuh lagi Allah akan menghapuskan dosamu yang separuhnya lagi sehingga terhapuslah dosamu seluruhnya. Maka, sia-sialah kami menggodamu selama ini," jawab iblis tersebut.

Kisah di atas menggambarkan kepada kita bahwa sesungguhnya iblis tak akan pernah berhenti untuk menggoda dan menyesatkan manusia. Dalam hal yang baik pun, iblis selalu berusaha untuk membelokkan orang yang beriman ke arah yang dimurkai Allah. Ketahuilah, sesungguhnya iblis itu adalah musuh yang nyata bagi kita. (QS Fatir [35]: 6). Semoga Allah senantiasa membimbing dan meridai setiap ibadah kita. Amin. Wallahu a'lam.
Redaktur: Siwi Tri Puji B

Hasyim Muzadi Minta Liberalisasi Agama Diperhatikan Serius

Hasyim Muzadi Minta Liberalisasi Agama Diperhatikan Serius

Kamis, 20 Oktober 2011 18:50 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK - Mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi mengatakan bahwa liberasasi agama perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat mengakibatkan dampak buruk dalam kebangsaan.

"Liberalisasi agama memiliki dampak yang bahaya bagi Aqidah Islam terutama dikalangan kaum muda," kata Hasyim dalam acara 'Training of Trainers' Ulama dan Pimpinan Pondok Pesantren se-Indonesia di Pesantren Al-Hikam, di Depok, Kamis (20/10).

Ia mengatakan liberalisasi agama telah menjadikan objek sasarannya pada dua ormas besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Secara makro liberalisasi agama adalah bagian dari liberalisme ekonomi, liberalisme politik dan lainnya.

Menurut dia organisasi Jaringan Islam Liberal (JIL) meminta agar subsidi untuk minyak dicabut, sehingga menjadi pertanyaan kenapa liberalisasi agama dikaitkan dengan liberalisasi ekonomi. Dengan istilah segitiga liberal yaitu liberalisme agama, liberalisme politik dan ekonomi.

Hasyim Muzadi yang menjabat Sekretaris Jenderal (Sekjen) International Conference of Islamic Scholar (ICIS) ini menilai Indonesia saat ini dipojokkan dan diganggu.

Dikatakannya demokrasi yang sudah berjalan saat ini mendapatkan ujian. Ibarat perahu, kita ini diombang-ambing di tengah laut lepas dibiarkan tanpa ada penunjuk arah.

Ia mengatakan salah satunya adalah melalui Islam yang moderat yaitu antara liberal dan radikal. Dengan kata lain, sambungnya, NU yang terkenal moderat bisa menjadi jalan tengah diantara dua gerakan tersebut.

Dikatakannya hal tersebut bisa melalui cara mengumpulkan khazanah pemikiran walisongo dan ulama untuk didokumentasikan secara baik.

Sementara itu, Mantan Wakil Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Asad said Ali mengatakan liberalisasi agama membahayakan tatanan kehidupan, karena segala sesuatu dinilai berdasarkan dengan materi.

Dia menconthkan dikalangan barat sering menggunakan istilah "Time is Money". Istilah tersebut, menjadikan segala sesuatu dinilai dari sisi materi saja. "Ini tentunya dapat mengikis dan membahayakan karakter budaya kitam" ujarnya.

Dikatakannya mengubah pola pikir melalui jati diri sendiri sebagai bangsa Indonesia dalam konteks kebangsaan. "Islam rahmatan lil alamin merupakan solusi," ujarnya.

Sourch:
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/11/10/20/ltd4w6-hasyim-muzadi-minta-liberalisasi-agama-diperhatikan-serius

Download Materi Sistem Politik Indonesia

Jumat, 14 Oktober 2011

Download Materi Sistem Politik Indonesia
Silakan, kantun di klik aja... ;-)

Download Disini!

Jangan Lupa Sebarkan yah...
thanks kawan.

Teriak Allahu Akbar, Kepalkan Tangan, Lalu Tugas ke Daerah

Sabtu, 01 Oktober 2011

Teriak Allahu Akbar, Kepalkan Tangan, Lalu Tugas ke Daerah

Thola'al badru 'alayna.
Min-tsaniyyatil wada'
Wajabasy syukru 'alayna.
Ma da'a lillahi da'

Ayyuhal mab'u-tsu fiina.
Ji'ta bil amril mutho'
Anta ghow-tsuna jami'a.
Ya mujammalath thiba'

Bunyi shalawat Thola'al badru mengalun merdu ketika 37 kader dai memasuki ruangan, Sabtu (9/24/2011). Mereka mengenakan gamis panjang dan songkok yang serba putih. Langkah mereka tampak tegap dan mantap. Para tamu undangan sibuk memotret sekenanya dengan handphone. Alunan shalawat pun berhenti ketika mereka telah menempati tempat duduk.
Suasana ruangan yang terisi sekitar dua ratus lebih tamu undangan itu mendadak khidmah. Pandangan mereka fokus ke depan. Lebih-lebih ketika, M Gatot Manisya Abab, pembawa acara membuka prosesi sakral itu. Keramaian pun berganti suasana penuh haru.
Di antara tamu undangan yang hadir itu, Muhammad Sudding, ayah dari kader dai Abdurrahman Sudding salah satunya yang merasa paling bahagia. Sejak tadi, pandangannya tak pernah lepas dari anak tercintanya yang duduk di antara deretan kader dai di depannya. Tampak dilihatnya lekat-lekat dengan mata berkaca-kaca.
“Saya bangga dan bersyukur anakku sudah jadi sarjana. Dan lebih bersyukur lagi, sekarang dia menjadi dai yang akan ditugaskan keluar daerah,” ujar bapak asal Balikpapan, Kalimantan Timur ini kepada hidayatullah.com dengan mantap.
Dalam acara itu, bapak asal Sulawesi ini datang langsung dari Balikpapan, Kaltim bersama anaknya, Rauf. Meski ongkos tiket pesawat mahal, tapi karena acara itu penting maka dipaksakan datang.
“Saya usahakan untuk datang. Tapi, hanya dengan anak. Ibu nggak bisa ikut. Ia hanya titip salam saja,” tuturnya.
Menurut ayah lima anak ini, sudah sejak lama ia inginkan anaknya menjadi dai. Dai, katanya pekerjaan sangat mulia. Karena itu, usai selesai SMA, Abdurrahman Sudding dikirimkan ke STAIL Surabaya. Ia pun ikhlas dan pasrah bila mana anaknya ditugaskan ke daerah terpencil.
“InsyaAllah ikhlas. Dimana pun tempat tugasnya. Toh, Allah akan selalu menolongnya,” ungkapnya penuh yakin.
Jauh dekat baginya sama saja: sama-sama berjuang mendakwahkan Islam. Meski risiko akan jarang ketemu. Sejak kuliah selama empat tahun saja, katanya, Abdurrahman baru sekali pulang kampung. Apa ada rasa kangen?
“Tentu ada. Tapi toh bisa diobati dengan nelpon. Kangen itu sudah risiko perjuangan. Tak masalah,” ujar lekali paruh baya yang memiliki jenggot panjang dan putih itu.   
Keinginannya agar anaknya menjadi dai betul-betul ditunjukkan Muhammad Sudding. Pasalnya, tidak hanya Abdurrahman, ia juga menguliahkan Rauf ke kampus yang terletak di Keputih, Surabaya itu. Kini Rauf duduk di semester lima.
“Saya berharap mereka semuanya menjadi dai, pejuang Allah,” harapnya.
Muhammad Sudding adalah warga pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan. Sehari-hari sibuk sebagai takmir masjid Arriyad dan dapur umum.
STAIL adalah Perguruan Tinggi milik organisasi Hidayatullah. Selain menyediakan program ekstensi (umum), PT ini juga menyediakan program khusus beasiswa (reguler). Untuk program reguler, mahasiswa mendapat beasiswa penuh selama kuliah dan mendapat program kaderisasi secara khusus.
"Jadi mereka tidak saja diwisuda, tapi juga ditugaskan  ke daerah-daerah di seluruh Indonesia," kata Ketua Bidang Akademik, Masyhud, M.Si.
Masa penugasan, kata Masyhud selama lima tahun, atau dihitung masa kuliah empat tahun plus satu tahun.
"Tapi itu secara formal untuk megambil ijazah asli. Kalau pengabdiannya diharapkan bisa seumur hidup mengabdi," ujarnya.
PT ini baru memiliki dua jurusan, dakwah dan tarbiyah. Kini, ada seratus lebih mahasiswanya dari berbagai daerah.
Sejam lebih acara berlangsung, tapi waktu seolah lambat berputar.  Muhammad Sudding dan orangtua kader dai lainnya tampak masih melihat anak mereka lekat-lekat ketika Ketua Bidang Pendidikan Hidayatullah, Drs. Ali Imron membacakan Surat Keputusan Penugasan.
Ada perasaan bak gado-gado di dada mereka: ya terharu, ya was-was, dan paling menggelitik, menegangkan! Pasalnya, hari ini anak mereka akan ditugaskan entah ke daerah mana. Dan, itu berarti bakal jauh dari mereka.   
Ali Imron membuka map bersampul batik yang berisi SK sambil mendekatkan mikrofon ke mulutnya. Dengan mengucap basmalah, ia pun mulai membaca SK tersebut. Peserta mendengrkan penuh khidmah. Wajah kader dai terlihat tegang.  
Usai membacakan SK, ia memberikan pesan singkat. Katanya, ada tiga kunci sukses bagi kader dai di tempat tugas. Yaitu: jujur, berani, dan bekerja keras.
“Jangan bermimpi sukses kalau tidak memiliki ketiga hal ini,” tegasnya.
Menurutnya ketiga hal tersebut kini jarang dimiliki anak bangsa. Karena itu, wajar bila Indonesia jauh tertinggal bila dibanding negara tetangga seperti, Singapura dan Malaysia.
Ia pun menceritakan pengalamannya beberapa waktu lalu ketika berada di pelataran Masjidil Haram, Makkah bertemu dengan orang-orang Melayu. Tahu jika ia datang dari Indonesia, mereka langsung mengucapkan kata terimakasih.
Imron bingung. Kenapa harus berterimakasih kepadanya? Tapi ia merasa kaget ketika orang Melayu dari Singapura dan Malaysia itu bilang, “Gara-gara banyak orang Indon di negeriku, negeriku menjadi bersih."
“Tidak malukah kalian dengan ungkapan terimakasih itu,” tanyanya.
Imron pun menjelaskan kenapa Singapura dan Malaysia bisa maju, bahkan melebihi Indonesia.
“Mereka bekerja keras dan berani mengambil risiko. Kalau kalian ingin menjadi dai sukses, beranilah. Jangan takut mengambil risiko,” tegasnya.
Tepat pukul 10.30 acara yang dinanti-nanti akhirnya tiba: pembacaan tempat tugas kader dai. Rona wajah kee 37 kader dai yang duduk di pojok ruangan tampak berubah. Mereka merasakan sesuatu yang membuat jantung mereka berdebar-debar hebat.
“Ini detik-detik yang menegangkan,” ujar salah seorang tamu undangan.
MC pun memanggil satu persatu kader dai. Ia memanggil Syarif Hidayatullah, kader dai asal Sulawesi Barat. Beberapa detik Syarif mematung di atas panggung. Jantungnya seolah berdetak lebih cepat. Sebelum ketegangan itu meledak, MC pun melanjutkan lagi, “Syarif Hidayatullah, dengan daerah tugas, Papua Irian Jaya,”.
Syarif pun mengumandangkan takbir “Allahu Akbar” dengan mengepalkan tangannya ke atas. Diikuti teman-temannya. Tapi, tidak semunya mengucapkan takbir taklala dibacakan tempat tugas. Ada yang hanya diam, berkata “Subhanallah”, “Alhamdulillah,” dan ada juga yang sujud syukur.
Akhirnya teka-teki tempat tugas terjawab sudah. Ada yang di Papua yang terkenal nyamuk malariannya, ada yang di Ambon kota yang baru saja terjadi konflik, dan ada juga yang Sumatera. Meski berat melepas anak mereka, umumnya para orangtua pun lega.
Acara diakhiri dengan pembacaan lagu “Selamat Tinggal Sahabatku” dari Izzatul Islam. Suara mereka terdengar serak. Terlihat ada yang mengalir bening dari kelopak mata mereka.   
Selamat tinggal sahabatku
Ku kan pergi berjuang
Menegakkan cahaya Islam
Jauh di negeri Seberang

Selamat tinggal sahabatku
Ikhlaskanlah diriku
iringkanlah doa restumu
Alloh bersama slalu

Kuberjanji dalam hati
Untuk segera kembali
Menjayakan negeri ini
Dengan ridho Ilahi

Selamat tinggal sahabatku
Ku kan pergi berjuang
Menegakkan cahaya Islam
Jauh di negeri Seberang

Selamat tinggal sahabatku
Ikhlaskanlah diriku
iringkanlah doa restumu
Alloh bersama slalu

Kalaupun tak lagi jumpa
Usahlah kau berduka
Semoga tunai cita - cita
Raih gelar syuhada*

Beasiswa BCA Finance Untuk Mahasiswa S1

Beasiswa BCA Finance Untuk Mahasiswa S1



Rate This
Jika kamu adalah mahasiswa S-1 yang memiliki prestasi akademik yang baik namun memiliki kesulitan dalam masalah keuangan, tersedia jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut.
Setelah sukses dengan program di tahun sebelumnya, kali ini anak usaha Bank BCA kembali memberikan beasiswa kepada 40 mahasiswa berprestasi baik yang berasal dari kalangan keluarga dengan kondisi ekonomi kurang mampu.
Program beasiswa BCA Finance 2011 ini terbuka bagi kamu mahasiswa S-1 dari seluruh universitas di Indonesia, baik negeri maupun swasta yang minimal telah atau sedang menyelesaikan pendidikan semester dua. Perlu diingat, beasiswa ini tidak diperkenankan bagi kamu yang tengah menerima beasiswa dari pihak manapun.Untuk formulir beasiswa, dapat kamu unduh pada laman www.bcafinance.co.id. Setelah mengisi formulir tersebut, siapkan berkas-berkas pendukung yang diperlukan, yakni:
  1. Transkrip nilai semester terakhir dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,00 untuk perguruan tinggi negeri (PTN) dan 3,40 bagi kamu yang berasal dari perguruan tinggi swasta (PTS).
  2. Surat keterangan tidak mampu dari institusi berwenang dari daerah yang sesuai dengan KTP mahasiswa.
  3. Fotokopi kartu mahasiswa dan KTP.
Setelah memastikan semua berkas yang diperlukan telah lengkap, kirimkan dalam amplop ke alamat PT BCA Finance Up Corporate Planning, Wisma BCA Pondok Indah Lt 8, Jalan Metro Pondok Indah Nomor 10, Jakarta 12310.
Jangan lupa letakkan formulir pendaftaran yang telah kamu isi di paling atas dalam susunan berkas yang akan kamu kirimkan. Serta tuliskan nama universitas, fakultas, dan program studimu di sudut kiri atas amplop.
Beasiswa ini akan diberikan sejak kamu dinyatakan sebagai penerima beasiswa hingga menyelesaikan pendidikan program sarjana atau semester delapan. Berminat? Segera daftarkan dirimu karena berkas persyaratan pendaftaran paling lambat diterima pada 14 Oktober 2011. | okezone

BMW Indonesia Research and Technology Scholarship

BMW Indonesia Research and Technology Scholarship

The BMW Indonesia Research and Technology Scholarship is introduced in August 2011, with the intention to nurture young graduates into innovative leaders of Indonesia. The program provides a full scholarship for outstanding postgraduate students from some of Indonesia’s top universities.


Besides financial support, BMW Indonesia provides the opportunity for the scholars to participate in programs such as internship, mentoring, networking and workshops. These allow them to have first-hand experience in learning the culture and philosophy of a world-class multinational corporation. It also will help scholars to integrate into corporate society, support them to realize their goals and development direction, to gradually adjust their mindset and build self confidence in becoming future leaders of this country.
The program aims to develop professional young leaders that are not only equipped to excel domestically but also have the confidence and the necessary skills to face global challenges.
BMW Group is the world’s leading premium automobile manufacturer and the world’s most admired automotive company, based on CNN Fortune survey in 2011. BMW Group has consistently pursued the path of integration into Indonesian society since its establishment 2001 in the country, with a number of communal outreach activities founded on the development of local talent.
Partners.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia (UI) is a modern, comprehensive and multi-cultural campus that covers a wide array of scientific disciplines. UI simultaneously strives to be one of the leading research universities and the most outstanding academic institution in the world. As a world class research university, UI seeks to achieve the highest level of distinction in the discovery, developing and diffusion of advance knowledge regionally and globally. Currently, UI is distinctive among research universities in its commitment to the academic invention and research activities through various scientific programs.
In 2011, Universitas Indonesia is ranked 6th in Southeast Asia and is in the top 50 in Asia based on research by QS Top Universities. UI is also the top-ranked university in Indonesia.
For more information please contact:
Drs. M. Sc. Arie Soesilo
Universitas Indonesia -Alumni Relations Director
Email: dir_alumni@ui.ac.id
Vishnu Juwono S.E., MIA
Head of Communication Office
Universitas Indonesia
Email: vjuwono@ui.ac.id
Further BMW scholarship information and application:
http://www.bmw.co.id/id/en/insights/special_programs/scholarship.html

Tips Mudah Putih

Perawatan dan penyimpanan yang benar dapat memperpanjang ‘usia’ busana Anda sehingga dapat sekalian berhemat. Berikut ini tips yang dapat anda lakukan:
1. Dalam proses pencucian, pisahkan busana putih dari busana berwarna untuk menghidari adanya pelunturan warna. Peras kemeja dengan tangan atau mesin dan gunakan gantungan ketika menjemur kemeja
2. Untuk kemeja putih dari bahan katun dan kinen, rendam dalam deterjen, kucek dengan lembutbagian yang kotor seperti kerah, bagian ketiak dan ujung lengan hingga kotoran hilang
3. Busana putih sangat rentan terhadap kelembapan, yang menyebabkan jamur dan noda kekuningan pada kain. Untuk menghindarinya, beri kamper pada almari dan keluarkan busana putih Anda yang tidak terpakai, sebulan sekali untuk diangin-anginkan
4. Hindari penggunaan plastik untuk membungkus busana putih karena akan mempercepat proses penguningan akibat efek panas yang ditimbulkan.Gunakan pembungkus yang terbuat dari bahan kain
5. Jika busana Anda terlanjur bernoda kekuningan. Untuk menghilangkannya, rendam busana dalam larutan pemuti, kemudian rendam dalam air hangat yang telah diberi detergen. Maka busana Anda akan kembali putih cemerlang seperti baru

Hasil Pencarian Anda:

  • busana warna putih

Tips Bergaya Dengan Busana Muslim Gamis

Tips Bergaya Dengan Busana Muslim Gamis


Tips bergaya Dengan Busana Muslim Gamis. Seperti halnya busana kontemporer lainnya, busana muslim gamis juga bisa gaya, modis dan trendi. Coba simak dibawah ini, tips yang perlu diperhatikan dalam berbusana atau memakai baju gamis.
1. Bagi muslimah yang tinggal didaerah tropis, pilihlah bahan yang dingin dan mudah menyerap keringat seperti bahan katun, shantung, jersey cocok untuk dipakai dalam busana sehari-hari. Sementara, untuk busana pesta lebih baik memakai bahan sutra, sifon, atau satin yang mampu memberikan kesan mewah.
2. Untuk detail, bordir mewah yang penuh hanya cocok dipakai saat menghadiri acara pesta atau formal lainnya. Sementara, untuk penggunaan sehari-hari lebih baik memakai gamis yang bermotif sederhana.
3. Dari segi warna, dapat menggunakan palet netral sebagai busana kerja atau bersantai. Sebaliknya, saat menghadiri pesta, kenakan gamis yang berlatar gelap bordir keemasan atau memiliki detail payet.
4. Padukan selendang atau pashmina agar penampilan semakin terkesan formal.Gunakan aksesori jika gamis terkesan sederhana. Namun, jangan berlebihan. Cukup kalung panjang berliontin menarik atau gelang mutiara yang melingkar manis di pergelangan tangan. Sebaliknya, jika gamis yang sudah ramai hindari penggunaan aksesori. Cincin saja sudah cukup Anda pakai sebagai aksesori.
http://busanamuslimindonesia.wordpress.com/2010/04/17/tips-bergaya-dengan-busana-muslim-gamis/

Demi Keamanan dan Kehormatan, Tutuplah Aurat

Demi Keamanan dan Kehormatan, Tutuplah Aurat

 
Senin, 26 September 2011

BEBERAPA waktu lalu, warga Jakarta dikejutkan oleh munculnya berita kasus pemerkosaan di sebuah angkutan umum. Peristiwa tersebut telah menyita perhatian publik, bahkan beberapa media memuatnya sebagai head line yang cukup menarik perhatian.
Silang pendapat pun tak terhindarkan. Masalah pemerkosaan bergeser pada masalah busana atau pakaian. Sebagian publik figur menilai bahwa memang sudah seharusnya kaum hawa menjaga diri dengan berpakaian syar’i. Namun sebagian yang lain bersikukuh untuk tetap menolak.
Aktivis perempuan pendukung rok mini misalnya, mereka menolak pihak yang menilai pakaian wanita sebagai pemicu tindak pemerkosaan.
“Jangan salahkan rok mini kami,” kilah mereka dalam demo yang mereka lakukan beberapa waktu lalu di bundaran HI, Jakarta.
Terlepas dari silang pendapat yang terjadi di masyarakat, sebagai seorang Muslimah sudah barang tentu kita ingin selamat dari bahaya dan tentunya ancaman siksa dari Allah SWT.
Tulisan ini, tentu tidak dimaksudkan membela para pemerkosa. Bagaimanapun, perilaku ini dilarang dan mendapat hukuman setimpal dalam Islam.
Namun, jauh akan lebih bermanfaat jika kaum Muslimah menjadikan kasus tersebut sebagai media introspeksi diri agar terhindar dari bahaya serupa. Pesan ini hanya untuk para Muslimah, bukan untuk yang beragama lain.
Sebagai ajaran universal, Islam sejak awal telah memberikan perhatian serius terhadap masalah busana. Seorang muslimah sungguh tidak dibolehkan (haram) membuka aurat mereka di depan umum atau terhadap laki-laki yang bukan muhrimnya. Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya;
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“ (QS: Al-Ahzab: 59)
Ayat tentang hijab di atas, secara redaksional ditujukan kepada Nabi, namun demikian esensi dari ayat tersebut berlaku bagi seluruh wanita yang beragama Islam (Muslimah).
Ditinjau secara historis, perintah menutup aurat ini sama sekali tidak seperti anggapan aktivis liberal yang suka memutar balik esensi ajaran Islam. Juga tidak seperti tuduhan mereka yang menilai bahwa jilbab dimaksudkan untuk membatasi ruang gerak para wanita.
Akan tetapi perintah tersebut hadir lebih karena adanya upaya serius untuk melindungi jiwa raga muslimah dari beragam gangguan dan bahaya yang bisa merenggut kesucian atau kehormatannya.
Prof. Dr. Muhammad Chirzin, menegaskan dalam karyanya “Buku Pintar Asbabun Nuzul” bahwa perintah berjilbab pada para muslimah, pada hakikatnya lebih dikarenakan menjaga kesucian dan kehormatan mereka dari berbagai macam ancaman dan berbagai macam gangguan kejahatan. Sebagaimana kaum Muslimah di zaman Nabi yang selalu rentan diganggu oleh kaum munafik dan Yahudi.
Dalam sejarah, jilbab terbukti efektif melindungi kaum hawa dari berbagai macam gangguan dan kejahatan laki-laki tak berkahlak.
Kehormatan Muslimah
Sejak ayat ini turun, kaum hawa pada masa Rasulullah sepenuhnya terjaga kehormatannya. Pernah suatu ada seorang Muslimah diganggu oleh orang Yahudi, maka sesaat kemudian rasulullah saw pun mengintruksikan perang terhadap Bani Qainuqa, yang telah mengganggu keamanan dan kenyamanan wanita yang beriman.
Peristiwanya bermula ketika seorang Muslimah mendatangi kios emas di pasar Bani Qainuqa untuk suatu keperluan. Ketika tiba di kios, Muslimah itu melihat beberapa orang Yahudi. Sesaat kemudian, orang Yahudi itu mulai menggoda dan melecehkan Muslimah tadi. Bahkan Yahudi itu berani memaksanya untuk menampakkan wajahnya. Dan, Muslimah tadi menolak.
Sampai-sampai mereka berani melakukan sesuatu yang mempermalukan Muslimah itu. Secara diam-diam, tukang emas pemilik kios mengikatkan ujung kain Muslimah itu pada sebuah bangku atau pada bagian punggung pakainnya tanpa sepengetahuannya, hingga ketika Muslimah itu berdiri, tersingkaplah aurat wanita ini. Merekapun tertawa terbahak-bahak dan mencemooh. Seketika Muslimah itu berteriak sekeras-kerasnya dan meminta pertolongan.
Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah saw, maka saat itu juga perintah perang melawan Yahudi Bani Qainuqa menjadi satu keputusan tegas beliau.
Hal ini cukup menjadi bukti bahwa jilbab itu penting baik bagi keselamatan diri, maupun kehormatan agama Islam. Oleh karena itu, sebagai Muslimah, tidak sepatutnya mengenakan busana yang tidak diajarkan oleh Islam dan dicontohkan oleh istri-istri beliau.
Keuntungan Berjilbab
Sebagai orang beriman, menurut aurat (berjilbab, red) tentu suatu keharusan. Namun ajaran Islam tak pernah memerintahkan sesuatu yang tak jelas manfaat dan alasannya. Demikian pula halnya dengan larangan.
Menurut aurat bagi Muslimah adalah perintah Allah dan rasul-Nya. Jika demikian pasti ada manfaat besar di balik perintah tersebut. Baik manfaat cepat di dunia dan pasti manfaat yang lebih besar lagi kelak di akhirat.
Wanita yang berjilbab insya Allah akan terhindar dari gangguan dan kejahatan pria tidak berakhlak. Lebih mudah beraktivitas di luar rumah, khususnya bagi Muslimah yang memiliki bayi yang masih minum ASI. Dengan berjilbab tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena bayi dapat minum ASI tanpa sang ibu malu karena terbuka auratnya.
Jilbab juga melindungi rambut dan kulit kepala dari sengatan terik mentari tatkala berada di area terbuka. Bahkan kulit pun akan tetap terjaga keasliannya, karena tidak terkena debu dan panas.
Secara psikis, jilbab juga akan memberikan self control yang baik. Jadi wanita lebih terpelihara ucapan dan perilakunya, sehingga terhindar dari keburukan akhlak. Oleh karena itu, secara otomatis jika para pengguna jilbab mengerti hakikat dasar jilbab, tentu mereka akan sangat disegani dan dihormati oleh siapapun juga.
Oleh karena itu, hendaknya para Muslimah dimanapun berada untuk bersegera menunaikan perintah Allah dan rasul-Nya dalam hal berbusana. Jangan terprovokasi oleh sebuah ungkapan yang menyatakan, ”Lebih baik tidak berjilbab tapi baik daripada berjilbab tapi hatinya busuk.” Ungkapan tersebut adalah ungkapan yang tidak bertanggung jawab dan disampaikan orang yang mengerti agama secara baik.
Ingatlah,  hati yang baik adalah hati yang kaya akan nutrisi iman. Dan, tidak mungkin seorang Muslimah yang mengaku beriman akan mengabaikan perintah Allah dan rasul-Nya.
Allah memerintahkan wanita menutup aurat, semata-mata agar terjaga jiwa raganya. 
Ancaman pembuka aurat
Bagi wanita yang mengaku beriman, tetapi masih bersikeras tidak mau menutup aurat,  sungguh ia telah merugi. Selain di dunia mereka hidup kurang terhormat, di akhirat mereka akan diminta pertanggungan jawab.
Rasulullah saw bersabda, “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian, namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
Sungguh ironis, jika kelak mencium bau surga saja kita tidak bisa.
Hadits di atas menjelaskan tentang ancaman bagi wanita-wanita yang membuka dan memamerkan auratnya.
Maka dari itu, bersegeralah menurut aurat. Jangan sampai karena lalai terhadap cara berbusana, di akhirat pun, kita menjadi wanita yang mendapat azab keras dari Allah SWT. Na’udzubillahi min dzalik.*/Imam Nawawi

Membangun Mental Pemenang!

Membangun Mental Pemenang! [2]

 
Rabu, 07 September 2011

Oleh: Sholih Hasyim
JIKA energi spiritual itu mapan dan dahsyat, maka kita mampu melawan sikap tergesa-gesa, kemenangan sementara, keletihan dan kelelahan, perjalanan panjang nan berliku, godaan duniawi yang kerdil, trampil mengantisipasi berbagai tekanan internal dan intimidasi musuh. Dan pada saat yang bersamaan kita merasakan kehidupan yang bermartabat (izzah).

Kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan utamanya kehidupan bernegara kita sekarang ini membutuhkan energi spiritual untuk membangun kembali puing-puing kerusakan moral akibat terpaan badai materialisme. Serta penjajahan syubhat, syahwat dan ghoflah (kelalaian).

Sekarang juga kita memerlukan kekuatan ruhiyah itu untuk menyembuhkan bangsa dari patologi (penyakit) sosial. Sekarang ini kita membutuhkan energi spiritual untuk memperbaiki nasib bangsa yang telah terpuruk, miskin, bodoh, terbelakang, dan terjerat belenggu krisis. Dan sekarang ini kita memerlukan kekuatan moral itu untuk melawan tirani yang terjangkiti penyakit KKN secara kronis dan akut.

Sekarang ini kita membutuhkan reformis baru, sang juru selamat, pahlawan (banyak amal dan pahalanya), yang bisa membawa ke pinggir pantai para penumpang kapal Indonesia yang tenggelam di dasar laut. Kita membutuhkan imam (pemimpin spiritual) pada saat dimana para koruptor dihormati, orang yang baik dikucilkan, diisolir dan dituduh sebagai biang kerusakan negeri (teroris).

Setiap kali bangsa manapun menghadapi tantangan besar, muncul pahlawan yang memberikan arah dan memimpin perjalanan. Ketika bangsa Israil ditindas dan difakirkan Firaun, datanglah Musa dan Harun.

Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat dan takut. Berkatalah mereka berdua : Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas. Allah berfirman : Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan katakanlah : Sesungguhnya kami adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah dating kepadamu membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk (QS. Thaha (20) : 43-47).

Ketika mereka menghadapi paceklik, muncul Nabi Yusuf yang memegang kendali perekonomian dan mewujudkan kemakmuran.

(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, Hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya." Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.” (QS. Yusuf (12) : 46-47).


Ketika Jalut (Goliat) mengancam mereka dari luar, Nabi Dawud hadir memimpin perlawanan dan membunuh Jalut.

Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai, maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata : "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar." Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." (QS. Al Baqarah (2) : 49-50)

Ketika ummat manusia berada di tepi kehancuran peradaban Parsi dan Romawi, diutuslah Nabi Muhammad Saw.

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُواْ تَعْلَمُونَ


“Sebagaimana Kami telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah (2) : 151).

Ketika kerajaan Bani Umaiyah mengalami pembusukan dari dalam, datanglah sosok Umar bin Abdul Aziz.  Seorang pemimpin yang zuhud. Pengaruh kepemimpinannya demikian mendalam. Pesan-pesan ketaqwaan mendominasi tempat-tempat umum. Bahkan para amil zakat keliling Afrika, tetapi tidak ada yang menerimanya. Indikator kemakmuran yang tidak ada duanya. Maka, sejarah menamakan pasca kepemimpinan cicit Umar bin Khathab tersebut sebagai khalifah rasyidah kelima.

Merindukan Sosok Leader, Bukan Dealer 

Bukan tantangan yang kita keluhkan sekarang ini, tetapi benarkah rahim pertiwi ini tak sanggup lagi melahirkan para pahlawan, leader seperti zaman revolusi kemerdekaan pada tahun 1945 dahulu. Benarkah negeri yang dilukiskan oleh Syekh Ali Thanthawi laksana “ sepenggal firdaus di bumi “ dan penyair Yaman “ - namudzajiyyah fil jannah - maket surga”ini akan hancur ditangan bangsanya sendiri yang terlalu kerdil menghadapi persoalan dan tantangan besar. Benarkah bahwa tantangan kehidupan dari Allah sekarang ini lebih besar dari kapasitas internal yang kita miliki. Mengapa semua ujian yang kita hadapi bersamaan dengan musibah kelangkaan pahlawan.

Sudah saatnya kekuatan spiritual yang kita peroleh selama bulan Ramadhan kita aktualisasikan untuk membangkitkan semangat pengorbanan dan kepahlawanan. Sebab kejahatan yang menggurita pada era globalisasi saat ini terlalu keras untuk dilawan oleh orang-orang yang lemah imannya. Badai materialisme terlalu menggoda untuk dihadapi oleh orang yang berjiwa kerdil.

Dengan nilai-nilai perjuangan, kepahlawanan, pengorbanan yang diserap dari sekolah Ramadhan itu kita menggalang tangan-tangan shalih yang terisolir di negeri ini untuk bersinergi. Memenangkan kebenaran diatas kebatilan. Mengedepankan aspek spiritual diatas material. Mengunggulkan aspek ruhaniah di atas sektor badaniyah. Mengedepankan iman dan takwa diatas ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengedepankan iman diatas akal dan naluri. Dan kita alirkan kembali darah segar ke dalam tubuh ummat yang tampak pucat dan lesu. Dan bermental bagaikan buih di lautan. Serta kita angkat kembali harga diri kita yang sudah jatuh.

Terakhir, mari kita sadari bahwa siapapun orangnya pasti pernah dan selalu pernah melakukan kesalahan. Dalam diri kita bukan cuma ada nalar dan nurani, tetapi ada naluri. Dalam diri kita tidak hanya ada akal dan iman, tetapi ada pula syahwat. Kita bukan hanya memiliki kekuatan, namun juga memiliki kelemahan sekaligus kekurangan. Kesalahan yang fatal adalah kita tidak menyediakan pada ruang kepribadian kita untuk memperbaiki diri. Janganlah kita persepsikan bahwa kekurangan, kelemahan itu mematikan peluang untuk maju.

Semoga kesalahan itu tidak terulang, dan kita berharap kesalahan itu sebagai tangga, jembatan untuk meningkatakan kualitas kita. Marilah kita berbuat sebanyak mungkin untuk menutupi segala kekurangan dan kelemahan bawaan kita. Sehingga sampai pada kondisi bahwa kekurangan kita bisa dikalkulasi. Sekalipun banyak kekurangan, tetapi yang menonjol dalam diri kita adalah kelebihan-kelebihannya.

Hari raya sejatinya membuka ruang kepribadian kita secara lebar untuk berkembang. Tidak terpuruk pada sisi gelap dan bahu tidak sedap diri. Ketika kita terbuka dalam merespons setiap perubahan menuju ke arah kebaikan dan kesempurnaan, indikator bahwa kita menempatkan diri termasuk agen perubah (‘unshur taghyir). Kesadaran untuk berubah adalah unsur yang termahal dalam kehidupan ini.

ذَلِكَ بِأَنَّ اللّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّراً نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمْ وَأَنَّ اللّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“(siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Al Anfal (8) : 53).

Tentu saja, Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.*
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah
Jadikan Islam Sebagai Kebanggaan Hidup

 
Sabtu, 10 September 2011

oleh: Shalih Hasyim
"SETIAP anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanya-lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi," demikian kutip sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim

Fitrah Allah  maksudnya ciptaan Allah. Sebab manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan sosial. Jadi gharizah tadayyun adalah permanen, kecenderungan kepada kekafiran adalah susulan.

Batasan agama yang lurus menurut arahan Allah SWT dan Rasulullah SAW diatas  menggunakan terma fitrah, sedangkan agama yang lain menggunakan istilah Yahudi, Nasrani dan Majusi. Maka, makna fitrah yang benar adalah Islam itu sendiri. Agama yang melekat dalam diri manusia sejak di alam rahim ibu.

Al-Quran mengatakan, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus (dinul qayyim), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum (30) : 3)).

Sebelum menjadi janin, manusia sudah bersyahadat di hadapan Allah SWT. Ketika lahir diingatkan ulang kalimat tersebut di telinga kanan dengan suara adzan dan di telinga kiri dengan suara iqamat. Agar dalam kehidupan yang penuh ujian nanti, tidak sampai tergoda/tergelincir/terperosok ke dalam jurang kehancuran (darul bawar), dan meninggalkan Islam. Baik, diuji dengan jabatan, kekayaan dan ilmu.

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)." (QS. Al Araf (7) : 172).


Berpaling dari Islam adalah menyiksa dirinya sendiri. Karena ia melempar dimensi spiritual di dalam dirinya. Maka kehidupan manusia akan mengalami kehampaan (krisis makna). Apa yang diburu dan dimilikinya tidak menambah kebaikan dirinya, keluarganya dan lingkungan sosialnya (tidak barakah).

Jadi, karunia yang paling mahal dalam kehidupan ini adalah lazzatur ruh (keezatan spiritual), lazzatul Iman wal Islam (kenikmatan beriman dan berislam). Sekalipun kita menggenggam kekayaan dunia tujuh turunan, kekuasaan yang tanpa pensiun, ilmu yang tinggi (sundhul langit, Bhs Jawa), kehidupan yang memiliki pengaruh yang besar, popularitas, tetapi tidak ditemani oleh Islam akan membuat kita kecewa seumur hidup. Sedangkan, sekalipun kita tinggal di gubug reot, di balik jeruji, di rumah kontrakan, kehidupan pas-pasan, jika islam bersama kita, justru disitulah rahasia kemuliaan, dan kebahagiaan kita.

Berbeda dengan dunya (sesuatu yang dekat), mata’ (kepuasaan sesaat), nikmat dinul Islam hanya diberikan kepada hamba yang dicintai-Nya. Itulah sebabnya banyak sekali orang yang menyatakan dirinya secara formal memeluk Islam, tetapi dalam realitas kehidupannya ada yang merasa tidak nyaman dengan atribut keislaman. Bahkan Islam yang indah dan mulia tersebut disalahpahami. Dahulu Islam ditambah-tambah. Kemudian Islam dikurangi. Islam tanpa jihad, Islam tanpa hudud. Sekarang ini Islam diberi embel-embel lain. Islam radikal, Islam moderat dll. Islam masih dipandang belum sempurna. Sehingga memerlukan pengurangan dan penambahan, sehingga dia tidak merasa at home untuk memakainya.


Islam sebagai Dinullah

Nama Muslim bukanlah nama yang diberikan oleh orangtua kita, bukan pula warisan nama yang diberikan oleh nenek moyang kita, bukan pula nama yang dibuat oleh Rasulullah SAW. Yang memberi nama seseorang sebagai Muslim adalah Allah SWT sendiri.
Allah SWT memberi standar (ukuran), criteria (sifat) , status (posisi) orang tertentu yang memenuhi kelayakan sebagai Muslim. Tentu, Muslim disini adalah Muslim hakiki, lahir dan batin, hissiyyan wa ma’nawiyyan (penampakan lahiriyah dan batiniyah).

Jadi, Muslim adalah sebuah nama yang agung, yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Mulia. Sejak sebelum Rasulullah SAW diutus di muka bumi ini.

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu [kitab-kitab yang diturunkan sebelum Rasulullah SAW], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.” (QS. Al Hajj (22) : 78).

Dahulu para sahabat sangat bangga menjadi Muslim. Mereka mengatakan, ”Ayahku adalah Islam. Tiada lagi selain Islam. Apabila orang bangga dengan suku, bangsa, kelompok, marga, perkumpulan, paham mereka, tapi aku bangga nasabku adalah Islam. Suatu ketika Salman Al-Farisi radhiyallahu anhu ditanya, ”Keturunan siapa Kamu ?” Salman yang membanggakan keislamannya, tidak mengatakan dirinya keturunan Persia, tapi ia mengatakan dengan lantang, ”Saya putera Islam.” inilah sebabnya Rasulullah saw mendeklarasikan bahwa, ”Salman adalah bagian dari keluarga kami –ahlul bait-, bagian dari keluarga Muhammad saw.”

Islam sebagai Dinul Insaniyyah

Jika merujuk nama manusia menggunakan istilah ‘Al-Insan’ mengandung pengertian yang mendalam. Dari kalimat tersebut melahirkan makna turunan ‘al-Uns’ (harmonis). Ini menunjukkan sesungguhnya sifat dasar manusia mudah untuk menjalin komunikasi dengan yang lain (makhluqun madani), meminjam istilah Ibnu Khaldun. Sesungguhnya inti dinul Islam adalah pandai bergaul (ad-Dinu huwal mua’amalah). Indikator kecintaan Allah SWT kepada hamba-Nya adalah hamba tersebut dicintai orang-orang terdekatnya.
Jika terhadap komunitas terdekat tidak memiliki jiwa besar. Mustahil bisa berinteraksi dengan lingkungan social yang lebih luas. Lingkungan terdekat secara minimal terdiri dari 160 KK. Empat puluh KK arah depan. Empat puluh KK arah belakang. Empat puluh KK arah kiri. Dan empat puluh KK arah kanan.
Karena fitrah manusia itu senang kepada perbuatan yang dikenali hati (al-Ma’ruf). Senang kepada kejujuran, keadilan, keberanian dalam membela kebenaran, dermawan. Dan tidak senang kepada sesuatu yang diingkari hati (al-Mungkar). Misalnya, kebohongan, ketidak jujuran, kelemahan, kikir, egois, mau benar sendiri sekalipun tidak benar.
Jika dalam kehidupan manusia memarginalkan dimensi naluri kepada sifat-sifat kemanusiaan ini, maka manusia akan menjadi srigala bagi yang lain. Ia menjadi keras hati, tertutup.Ada sebuah pameo “ Hari ini makan apa, besok dan lusa makan siapa”.

Islam sebagai Manhajul Hayah

Dalam tata bahasa Arab, Muslim adalah isim fa’il (pelaku) yang berasal dari kata - aslama-yuslimu-islaman – yang bermakna berserah diri. Dari akar kata aslama melahirkan kata turunan (derivat) – at-Taslim (berserah diri), as-Silmu (damai), salima minal mustaqdzirat (steril dari motivasi yang kotor), as Salamu (kesejahteraan), as-Salamah (keselamatan lingkungan). Dari turunan terma Al-Islam telah tergambar sistem kehidupan secara utuh. Yaitu sistem aqidah dan ibadah, sistem sosial, sistem akhlak, sistem ekonomi, sistem penyelamatan lingkungan,

Manhajul hayah artinya menjadikan  Islam (al-Quran) sebagai panduan aturan kehidupan manusia. Jadi seorang Muslim adalah orang yang telah menyerahkan jiwa dan raganya, pikiran, hati dan perilakunya untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Dan ia yakin dengan cara demikian ia akan merasakan kehidupan yang damai, bisa berbuat dengan tulus, makmur, sejahtera, bisa menyelamatkan lingkungan social dari berbagai bencana.
Seorang Muslim menjalankan segala aspek kehidupannya dengan merujuk referensi Islam. Dalam skala kehidupan individu, keluarga, masyarakat, bangsa. Sejak kelahirannya (fiqh aqiqah) hingga kematiannya (fiqh janazah). Menyangkut system ideology, politik, social budaya, pendidikan, ekonomi, pertahanan kemanan dll.

Islam sebagai Dinul Kaun

Sudah kita maklumi, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tunduk kepada suatu peraturan tertentu dan menginduk kepada undang-undang tertentu. Matahari, bulan dan bintang-bintang semuanya patuh kepada suatu peraturan yang permanen (tetap), tidak dapat bergeser atau menyeleweng darinya sedikitpun meskipun seujung rambut (hukum alam).
Bumi berputar mengelilingi sumbunya. Ia tidak dapat beranjak dari masa, gerak dan jalan yang telah ditetapkan baginya. Air,  udara, cahaya dan panas semuanya tunduk kepada suatu sistem yang khas (unik). Benda-benda yang tidak bernyawa, tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang tunduk kepada sesuatu ketentuan yang pasti, tidak lahir dan tidak mati kecuali menurut ketentuan itu.
Demikian pula setiap fase kehidupannya, secara sistematis tunduk kepada pemilik dan pencipta kehidupan. Sejak fase kehidupannya di rahim ibu (berupa janin), ia hidup dengan tenang. Ia dilindungi oleh-Nya dari gangguan suara, panas dan dingin. Kemudian menjadi bayi (shobi), ia diajari oleh Allah menangis ketika dalam keadaan lapar. Kemudian menuju masa kecil (thifl). Ia diajari oleh Allah SWT berbicara, merangkak, berjalan dan berlari. Lalu menuju masa ABG (murahiq). Kemudian melawati masa dewasa (kuhulah). Dan melewati masa syaikh (umur 40 keatas). Dua kelemahan yang melekat pada diri anak Adam adalah masa kecil dan masa tua. Semua fase kehidupan diatas tunduk pada ketentuan Allah SWT. Siapapun tidak bisa menolaknya. Sekalipun mulutnya mengatakan bahwa dirinya Yahudi, Nasrani dan Majusi. Jika manusia bisa memilih, tentu ia ingin tidak melewati masa kecil dan masa tua. Karena masa kecil merepotkan orang tuanya. Dan masa tua merepotkan anak-anaknya.

Islam sebagau Dinul Hadharah

Islam yang diturunkan sebagai din, sebenarnya telah memiliki konsep seminalnya (ilmiah) yang spesifik (unik) sebagai peradaban (kemajuan hidup secara lahir dan batin). Sebab kata din (dal-yak-nun) itu sendiri telah mengandung keragaman makna, ketundukan, keberhutangan manusia kepada Tuhan, struktur kekuasaan, susunan hukum, dan kecenderungan manusia untuk membentuk masyarakat yang mentaati hukum dan mencari pemerintah yang adil. Memiliki makna pula, kecenderungan manusia secara fitrah kembali kepada Perjanjian Pertama Dengan Allah SWT ketika di alam rahim ibu.


وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lalai terhadap ini (keesaan Tuhan)." (QS. Al-A’raf (7) : 172).

Dari din muncul berbagai derivasi (kata turunan), daana (berhutang), da’in (pemberi hutang), dayn (kewajiban), dayunah (hukuman/pengadilan), idanah (keyakinan). Artinya dalam istilah din itu tersirat sistem kehidupan yang utuh. Dinul Islam berarti pola kehidupan yang dibingkai oleh spirit Islam. Paham, perilaku dan kultur kehidupan yang diserap dari nilai-nilai ilahiyah (ketuhanan).

Karena itulah, pada pesan terakhir Allah pada Nabi Muhammad, menyatakan bahwa Islam sebagai agama (din) yang telah sempurnya.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah (5) : 3).

 إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللّهِ فَإِنَّ اللّهِ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab [yang diturunkan sebelum Al Quran] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka, barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS. Ali Imran (3) : 19).

Mudah-mudahan, kita dan keluarga kita semakin istiqomah untuk berislam dan bangga kepada pada agama Islam. Sebagaimana Allah telah mengatakan keridhoannaya pada agama ini.*
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah

Entri Populer

Categories

Visitor

Pengikut

 

Labels 3

Labels 2