| Tohary Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Motivasi Karyawan

Jumat, 30 September 2011

Share this history on :
Selama ini isu motivasi telah menjadi isu krusial bagi pihak manajemen ketika menghadapi kenyataan bahwa performance karyawan tidak sesuai dengan yang diharapkan di mana penyebabnya bukan karena faktor-faktor kemampuan dari si karyawan (misalnya, keahlian atau kecerdasan) ataupun faktor-faktor lain seperti sarana kerja dan kesempatan. Namun pertanyaan ‘Bagaimana cara memotivasi karyawan?’, pada kenyataannya masih menjadi salah satu pertanyaan terbesar di banyak benak pihak manajemen perusahaan. Akibatnya pihak manajemen harus terus-menerus menyimpan PR isu ini dan ketika berhadapan dengan masalah ini, manajemen mencoba-coba melakukan sesuatu yang hasilnya seringkali tidak memuaskan. Tidak jarang akhirnya manajemen ‘memaksa’ karyawan untuk perform dengan menggunakan basis ‘power’ yang dimilikinya.
Motivasi memang bukan sesuatu yang mudah untuk diambil manfaat praktisnya dan dipraktekkan dalam konteks organisasi karena menyangkut aspek kepribadian terdalam manusia yang terbangun dari latar belakang tumbuh kembang seseorang sepanjang hidup. Apalagi bila pihak manajemen tidak punya cukup pemahaman tentang ilmu perilaku, maka semakin sulit untuk menyelami apa yang dapat membuat seorang karyawan menunjukkan intensitas dan persistensi usaha yang tinggi dalam mencapai goals yang ditetapkan.
Pada awalnya, karyawan hanya dianggap sebagai orang yang memproduksi barang dan jasa. Hal ini mengubah cara berfikir tentang penelitian karyawan berdasarkan Hawthorne Studies, yang dilakukan oleh Elton Mayo dari 1924 ke 1932 (Dickson, 1973). Kajian ini menjelaskan bahwa karyawan tidak hanya termotivasi dengan uang dan prilaku karyawan terkait dengan cara mereka bersikap (Dickson, 1973). Studi tentang Hawthorne dimulai dengan pendekatan hubungan manusia dengan manajemen, dimana kebutuhan dan motivasi karyawan menjadi fokus utama seorang manager (Bedeian, 1993).
Banyak penulis kontemporer yang telah menetapkan konsep motivasi. Motivasi telah ditetapkan sebagai: proses psikologos yang memberikan arah dan tujuan perilaku (Kreitner, 1995); sebuah kecenderungan untuk bersikap untuk mencapai tujuan tertentu, kebutuhan yang tidak ditemui (Buford, Bedeian, & Lindner, 1995); pengendalian internal untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terpuaskan (Higgins, 1994); dan keinginan akan penghargaan (Bedeian, 1993). Untuk masalah ini, motivasi secara operasional didefinisikan sebagai kekuatan batin yang mengendalikan individu untuk menyelesaikan masalah pribadi dan tujuan organisasi.
Mengapa kita harus memotivasi karyawan? Jawabannya adalah kelangsungan hidup (Smith, 1994). Motivasi karyawan diperlukan di sebuah tempat kerja. Memotivasi karyawan membantu organisasi bertahan. Memotivasi karyawan akan membuat perusahaan membuat sebuah hasil kerja yang lebih produktif. Untuk menjadi lebih efektif, manajer harus memahami apa yang akan membuat karyawan termotivasi dengan hal yang tentunya berhubungan dengan peran mereka lakukan. Dari semua fungsi manajer melakukan, memotivasi karyawan adalah yang paling kompleks. Ini karena ada fakta bahwa motif karyawan berbuhah konstan (Bowen & Radhakrishna, 1991). Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang pendapatannya meningkat, menjadikan uang bukan sebagai motivator (Kovach, 1987). Selain itu, karyawan mendapatkan lebih tua, bekerja menjadi lebih menarik untuk dijadikan motivator.
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer